Kedatanganmu yang penuh dengan kesederhanaan.
Kamu bukanlah seseorang yang datang dengan segudang janji manis yang bisa membuat hati ini kenyal seperti mie instan yang baru saja ditiris. Hingga detik ini, kita lebih sering duduk berdampingan dan membicarakan banyak hal.
Mulai dari saling tanya bagaimana hari-harimu, sampai hal besar apa yang pernah atau sedang kamu alami. Terkadang sampai juga pada pembicaraan mengenai masa depan yang bagi kita mungkin terasa menakutkan, namun juga membuat hati penasaran.
Dari dulu kamu tidak pernah menawarkan ataupun menjanjikan akan banyak hal. Bahkan mungkin suatu perkataan ataupun sikap yang mengumbar sebuah pengharapan.
Kesederhaan, itulah yang aku lihat pada dirimu. Kamu tak ingin diri ini menjadi orang yang manja dan selalu mengajarkanku untuk selalu berjuang. Ya berjuang bersama dalam menempuh lika-liku dunia.
Kita memang belum punya apa-apa, dan hampir semuanya serba sederhana.
Kita berdua sama-sama berasal dari keuarga yang tak punya segalanya. Sejak kecil, kita selalu diajarkan untuk punya bekal “memapankan” diri sendiri terlebih dulu. Tak selalu mengandalkan milik orang tua ketika sudah dewasa nanti.
Di usia yang sekarang, bisa dibilang kita belum memiliki banyak materi. Makan seadanya, dengan segala fasilitas juga seadanya. Ibarat kata yang penting ada dan bisa guna. Prinsip yang selalu kita pegang adalah lebih baik kusimpan untuk menata masa depan.
Biarpun masih muda, kita tak punya cukup waktu apalagi uang untuk hidup berfoya-foya.
Semoga kesederhanaan ini selalu bisa kita jaga sampai nanti
Ke mana pun kita selalu berdua, ditemani dengan motor butut hasil menabung bertahun-tahun lamanya. Bersenda gurau, saling bertukar hadiah yang baru bisa kita beli setelah berbulan-bulan menabung.
Ah, begitu indahnya sebuah kesederhanaan. Semoga suatu saat nanti, ketika sudah ada anak-anak yang berlarian di rumah, memegang kaki kita sambil tertawa dengan riangnya. Saat itu kamu dan aku tahu, kita sudah sampai pada tahap yang namanya bahagia.
Terima kasih ku untukmu yang tidak meremehkan kemampuanku untuk berjuang ikut berjuang bersamamu. Terima kasih sudah memperjuangkan semua untukku, dengan tanpa adanya janji yang menggebu. Terima kasih atas penghargaanmu terhadap semua usahaku.
Akan ada saat di mana nanti kita tidak harus pulang ke rumah masing-masing. Akan ada saatnya di mana kita bisa membiayai hidup makhluk kecil yang memanggil kita dengan sebutan yang menghangatkan hati.
Jangan lupakan. Kita akan terus saling menyemangati, bukan?
0 komentar:
Posting Komentar